Logika atau Perasaan

Sebuah lagu yang dibawakan oleh Cher menemaniku yang berusaha memainkan jari-jariku diatas keyboard laptopku layaknya seorang pianis memainkan jari-jarinya diatas tuts piano. Bedanya aku hanya menghasilkan nada sumbang mengiringi kecepatan jemariku menekan dengan lembut.

Lagu berjudul You Haven't Seen The Last of Me ini sedikit menggambarkan kepiawaian antara logika dan perasaanku yang memenuhi pikiran ku saat ini dan mengiringi kegiatan yang sudah lama tak ku lakukan lebih dari satu tahun yang lalu: menulis untuk diri ku sendiri.


Aku telah banyak menumpahkan pikiran ku lewat tulisan, untuk orang lain. Tulisan-tulisan berisi sentuhan gaya kritikus bak wartawan atau tulisan-tulisan deskriptif yang memantulkan kehidupan sosial. Namun kali ini terbesit keinginan yang dalam agar aku menulis untuk diriku sendiri.

Berpikir mengenai perasaan yang tidak selalu berjodoh dengan logika, itulah yang terjadi antara perasaan dan logika ku saat ini. Mereka menjauh, berpisah dan tak ingin dipertemukan kembali. Ketika logika berkata "selamat tinggal perasaan" atau ketika perasaan berkata "selamat tinggal logika" dan aku yang berada diantaranya, ditarik antara keduanya. Bahkan, logika dan perasaan memiliki tujuan yang sama. Lalu kenapa harus memilih jalan yang berbeda?

Lalu aku pun berkata, "Hi logika dan perasaan, dapatkah kita menautkan jemari kita? Berjalan di jalan yang sama? Menuju tempat yang sama? Kita bahkan dapat berbagi beban yang sama". Lalu nurani datang dan berkata "Tuhan lah yang menakdirkan jalan mereka berbeda, Tuhan lah yang berkehendak ketika logika dan perasaan suatu saat akan dipertemukan di jalan yang sama".

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar